• Sekilas Kota
    • Visi dan Misi
    • Sejarah Kota Magelang
    • Kondisi Geografis
    • Walikota Dari Masa ke Masa
    • Branding Kota Magelang
    • Lambang Kota Magelang
    • Peta Kota
    • Peta Pariwisata
  • Pemerintahan
    • Legislatif
    • Organisasi Perangkat Daerah
    • Profil Walikota dan Wakil
      • Profil Walikota
      • Profil Wakil Walikota
    • Profil Pejabat
    • Struktur Organisasi
  • Produk Hukum
    • JDIH Kota Magelang
  • Informasi Publik
    • Informasi Pengelolaan Keuangan
    • Informasi Laporan Hoax
    • Indeks Daya Saing Daerah
    • Survey Kepuasan Masyarakat
    • Download Majalah Dinamika
    • Sistem Informasi Kearsipan
    • Rencana Umum Pengadaan
    • Data Go
    • Website Terkait
    • Agenda Kota
    • SAKIP (SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH)
    • Downloads
    • Call Center
    • PPID
    • Sakip Setwan
      • Renstra Perubahan Setwan
      • PK Setwan
      • LKJIP Setwan
      • IKU Setwan
      • Perjanjian Kinerja Renaksi
      • RENJA Setwan
    • SAKIP OPD (Drive)
  • Fasilitas Kota
    • Taman Kota
    • Free Wifi Area
    • Gallery
    • Lokasi Wisata
    • Radio
    • SPBU
    • Pusat Belanja
    • Pusat Oleh-oleh
    • UMKM
    • Kesehatan
    • Fasilitas Olahraga dan Hiburan
    • Kuliner
    • Transportasi
    • Pendidikan
    • Penginapan/Hotel
    • Daftar Bank
  • RAKORPOK
    • Triwulan III 2021
  • SAKIP
  •  Sejarah Kota Magelang

Hari Jadi Magelang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989, bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan hari jadi. Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari seminar dan diskusi yang dilaksanakan oleh Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Magelang; bekerjasama dengan Universitas Tidar Magelang dengan dibantu pakar sejarah dan arkeologi Universitas Gajah Mada, Drs.MM. Soekarto Kartoatmodjo, dengan dilengkapi berbagai penelitian di Museum Nasional maupun Museum Radya Pustaka-Surakarta.

Kota Magelang mengawali sejarahnya sebagai desa perdikan Mantyasih, yang saat ini dikenal dengan Kampung Metesehdi Kelurahan Magelang. Mantyasih sendiri memiliki arti beriman dalam Cinta Kasih. Di kampung Meteseh saat ini terdapat sebuah lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan Sima atau Perdikan.

Untuk menelusuri kembali sejarah Kota Magelang, sumber prasasti yang digunakan adalah Prasasti POH, Prasasti GILIKAN dan Prasasti MANTYASIH. Ketiganya merupakan parsasti yang ditulis diatas lempengan tembaga.

Prasasti POH dan Mantyasih ditulis zaman Mataram Hindu saat pemerintahan Raja  Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 M), dalam prasasti ini disebut-sebut adanya Desa Mantyasih dan nama Desa Glangglang. Mantyasih inilah yang kemudian berubah menjadi Meteseh,sedangkan Glangglang berubah menjadi Magelang.

Dalam Prasasti Mantyasih berisi antara lain, penyebutan nama Raja Rake Watukura Dyah Balitung, serta penyebutan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907. Dalam Prasasti ini disebut pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai Desa Perdikan atau daerah bebas pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Juga disebut-sebut Gunung SUSUNDARA dan WUKIR SUMBING yang kini dikenal dengan Gunung SINDORO dan Gunung SUMBING.

Begitulah Magelang, yang kemudian berkembang menjadi kota selanjutnya menjadi Ibukota Karesidenan Kedu dan juga pernah menjadi Ibukota Kabupaten Magelang. Setelah masa kemerdekaan kota ini menjadi kotapraja dan kemudian kotamadya dan di era reformasi, sejalan dengan pemberian otonomi seluas - luasnya kepada daerah, sebutan kotamadya ditiadakan dan diganti menjadi kota.

Ketika Inggris menguasai Magelang pada abad ke 18, dijadikanlah kota ini sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten dan diangkatlah Mas Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama. Bupati ini pulalah yang kemudian merintis berdirinya Kota Magelang dengan membangun Alun - alun, bangunan tempat tinggal Bupati serta sebuah masjid. Dalam perkembangan selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada tahun 1818.

Setelah pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Selain itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang nyaman serta pemandangannya yang indah Magelang kemudian dijadikan Kota Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi sarana dan prasarana perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota pada tahun 1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan - jalan arteri diperkeras dan diaspal.

26 Nov 2017
Kategori Berita
  • Magelang Terkini
  • Berita OPD
  • Siaran Pers
  • Pengumuman
Popular Posts
  • Ayo Daftarkan Usaha Anda di eKatalog Lokal Kota Magelang
    Ayo Daftarkan Usaha Anda di eKatalog Lokal Kota Magelang
    01 Jul 2022
  • Lima Kelurahan Menang Lomba Tertib Administrasi Kearsipan Kota Magelang tahun 2022
    Lima Kelurahan Menang Lomba Tertib Administrasi Kearsipan Kota Magelang tahun 2022
    01 Jul 2022
  • Dokter Aziz Ajak Duta Pancasila 'Berhati Pancasila'
    Dokter Aziz Ajak Duta Pancasila 'Berhati Pancasila'
    30 Jun 2022
  • Pelatihan Peningkatan Kapasitas Untuk 50 TRC dan Relawan Kota Magelang
    Pelatihan Peningkatan Kapasitas Untuk 50 TRC dan Relawan Kota Magelang
    30 Jun 2022
  • Dapat 100 Dosis, Pemkot Magelang Mulai Vaksinasi Hewan Ternak
    Dapat 100 Dosis, Pemkot Magelang Mulai Vaksinasi Hewan Ternak
    30 Jun 2022

FORMULIR ASPIRASI MASYARAKAT

Ganti Code

Processing...Please wait...

BUKU TAMU

Ganti Code

Processing...Please wait...


IMAGE


© 2017 Pemerintah Magelang Kota, All Rights Reserved

Your browser dose not Support the audio Tag